Mobil Murah BERBAHAYA ?

Jumat, 12 Oktober 2012

Mobil Murah BERBAHAYA ?

Bahaya Mobil Murah
Headline
indonesianmotorshow.com


(ekonomi.inilah.com) - BARU saja masuk Indonesia 11 September lalu, Tata Motors langsung menggebrak. Tata Nano, merek mobil yang diproduksi pabrikan asal India ini, tampil di depan publik, Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012, di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis pekan lalu.
Tata Motors menampilkan 13 line up, mulai dari kendaraan penumpang hingga komersial. Mobil yang mereka pamerkan warna-warni, yang begitu mencolok mata orang yang melihat. Maklum, selain penuh warna, Tata Nano adalah mobil termurah sejagat yang di negeri asalnya dipasarkan hanya sekitar Rp 20 juta sampai Rp 30 juta. “Kami yakin, kendaraan yang kami produksi adalah pilihan bagi konsumen di Indonesia,” ujar Biswadev Sengupta, Presiden Direktur Tata Motors Indonesia.
Biswadev benar. Selain harganya murah, mobil mungil yang sering disebut city car ini, kini banyak digandrungi konsumen di Indonesia. “Permintaannya diluar perkiraan,” kata Johny Darmawan, Ketua III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) kepadaInilahREVIEW.
Ini pula yang dilirik sejumlah produsen mobil dari berbagai negara. Awal Agustus lalu, misalnya, Honda meluncurkan Honda Brio. Mobil mungil empat penumpang ini bakal menjadi pesaing baru city car, seperti Kia Picanto, Hyundai Atoz atau Chevrolet Spark.
Dibandingkan Honda Jazz, City S atau Freed, harga Honda Brio memang lebih miring. Mobil dengan lima varian warna ini dijual mulai dari Rp 153 juta hingga Rp 175 juta. Sales Counter Dealer mobil Honda Anugerah, Yoeno Ekopoetranto menuturkan, sejak diluncurkan di Yogyakarta, inden Honda Brio telah mencapai 35 unit. Konsumen harus menunggu satu hingga dua bulan untuk memiliki mobil ini.
Memang, tak salah kalau banyak konsumen kini memburu city car. Selain murah, city carmenjadi pilihan kendaraan perkotaan, yang kini banyak didera kemacetan. Booming city carbukan sekadar mengikuti tren desain mobil masa kini. Namun, karena mobil ini cepat diterima masyarakat.
Lihat saja antusiasme Toyota dan Daihatsu yang melakukan kolaborasi untuk membuat mobil murah ramah lingkungan. Dua produk itu adalah Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla. “Dua produk ini akan dijual dengan harga terjangkau dan efisien dalam konsumsi bahan bakar,” ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto.
Berapa harganya? “Kisaran harganya sekitar Rp 75 juta sampai Rp 105 juta. Jadi, benar-benar murah,” ungkap Amelia Chandra, juru bicara PT Astra Daihatsu Motor. Selain murah, mobil ini juga ramah lingkungan.
Daihatsu bakal memproduksi sebanyak 150 ribu unit sampai akhir tahun ini untuk mobil Ayla, sementara Toyota 450 ribu unit Agya. Ini berarti, dari dua merek ini, akan ada 600 ribu mobil baru yang akan melaju di jalan raya.
Di Bawah Rp 100 Juta
Produsen lain yang juga telah menyiapkan mobil murah adalah Nissan dan Suzuki. Nissan akan menghidupkan kembali produk Datsun di Indonesia pada 2014 mendatang. Mobil murah Datsun akan dijual dengan kisaran harga US$ 6.200 atau sekitar Rp 60 juta.
Sebelumnya, Suzuki telah memperkenalkan dua model yang ditenggarai menjadi calon mobil murah di Indonesia. Kedua model itu adalah jenis city car, yakni Suzuki ALto dan Concept-G.
Suzuki Alto memang telah dirilis di India dengan banderol sekitar Rp 46 juta. Mobil yang diklaim hanya membutuhkan bensin 19,73 km/liter dipersenjatai mesin berkapasitas 796 cc bertenaga 47 hp pada 6.200 rpm, serta torsi 62 Nm pada 3.000 rpm.
Sedangkan Suzuki Concept-G hadir dalam bentuk konsep di IIMS 2011. Mobil kecil memang mengambil basis dari Suzuki Alto versi Jepang. Concept-G menggunakan mesin 680 cc. Jika kelak diproduksi missal, mobil ini akan dibanderol di bawah Rp 100 juta.
Mobil murah lain yang akan bersaing di pasar adalah Esemka Rajawali. Mobil yang akan diproduksi PT Solo Manufaktur Kreasi pada Oktober mendatang ini, disebut-sebut akan dijual Rp 95 juta per unit. Mobil buatan pelajar SMK di Solo ini, bulan lalu telah lulus uji emisi yang dilalukan di Balai Thermodinamika Motor dan Propulis (BTMP) di Serpong, Tangerang.
Pendek kata, pasar Indonesia akan dibanjiri mobil murah dengan ukuran kecil. Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto mengatakan, pasar otomotif Indonesia sangat potensial lantaran jumlah kelas menengah yang mencapai 40 juta orang. Bahkan, jumlah kelas menengah Indonesia diprediksi meningkat hingga 90 juta orang pada 2030 nanti. "Dengan pertumbuhan GDP rata-rata 6%, angka itu sangat fenomenal dan yang terbaik di Asean," ujarnya.
Apalagi, katanya, jumlah penetrasi kendaraan Indonesia sangat rendah, yakni 1:20 atau satu mobil dipakai oleh 20 orang. Angka itu masih tertinggal jauh dari Malaysia dengan perbandingan 1:3 atau Korea Selatan 1:4.
Itulah kenapa, Astra sampai berani merogoh Rp 2,1 triliun untuk memproduksi Agya dan Ayla di pabrikmereka di kawasan industri Suryacipta, Karawang Timur, Jawa Barat.
Tentu saja, tak hanya Astra yang melirik pasar potensial ini, tapi juga Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan pabrikan lainnya. Tata Motors, misalnya. Produsen mobil Tata Nano ini akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk kendaraan penumpang. Sebelumnya, Tata telah membangun pabrik di Thailand pada 2007. Pabrik di Negeri Gajah itu bukan untuk kendaraan penumpang, melainkan kendaraan komersial.
Berapa dana yang akan dikeluarkan oleh Tata Motors? Belum jelas. Hanya saja di Thailand, mereka sampai menggelontorkan US$ 500 juta atau hampir Rp 5 triliun untuk membangun pabrik yang bisa menghasilkan 500 unit mobil saban bulan. Bisa jadi, Indonesia akan lebih besar karena potensi pasar otomotifnya juga lebih besar.
Tambah Macet
Yang jelas, mobil murah sebentar lagi bakal menjejali jalan-jalan di Indonesia, terutama Jakarta yang kemacetannya sudah begitu parah. Bahkan, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Investasi Kementerian Pekerjaan Umum Setiabudi Albamar memperkirakan, tahun 2014 Jakarta akanstuck karena jumlah kendaraan telah melebihi kapasitas jalan.
Data Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya memperlihatkan, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta hingga 2011 sudah mencapai 13.347.802 unit. Jumlah tersebut terdiri dari mobil penumpang sebanyak 2,54 juta unit, mobil muatan atau truk 581 ribu unit, bus 363 ribu unit, dan sepeda motor 9.861.451 unit. Ditlantas memprediksi, pertumbuhan kendaraan pada 2012 sekitar 10%-12%.
Ironisnya, saat ini panjang jalan di Jakarta hanya 7.208 kilometer. Padahal kebutuhan jalan sampai tahun ini sepanjang 12.000 kilomter. "Itu berarti jalan yang tersedia saat ini baru memenuhi 60% kebutuhan masyarakat Jakarta atas jalan," kata Setiabudi. “Jika sistem transportasi tak segera dibenahi, lalu lintas di Jakarta pada 2014 akan mandek.”
BBM Terkuras
Itu baru kemacetan. Belum lagi mobil-mobil murah ini dikhawatirkan akan mengonsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dalam jumlah cukup besar. Asal tahu saja, realisasi konsumsi BBM bersubsidi hingga Agustus lalu sudah mencapai 29,32 juta kiloliter. Padahal, kuota BBM bersubsidi pada APBN-P 2012 dipatok sebesar 40 juta kiloliter. Artinya, jatah hanya tinggal 10 juta kiloliter.
Sisa jatah yang tinggal 10 juta kiloliter itu diperkirakan tidak cukup sampai akhir tahun ini. Karena itu, beberapa hari lalu, pemerintah telah meminta persetujuan DPR untuk menambah kuota BBM bersubsidi 4 juta kiloliter.
Tentu saja, jebolnya kuota subsidi BBM bakal menambah subsidi BBM yang semula dipatok sebesar Rp 137,4 triliun. Celakanya lagi, pemerintah tak punya peluang menaikkan harga BBM bersubsidi. Sebab, harga minyak Indonesia (ICP) saat ini berada di kisaran US$ 99 per barel, jauh di bawah ICP dalam APBN-P 2012 sebesar US$ 105 per barel.
Memang, tak semua mobil murah itu rakus minum BBM bersubsidi. Contohnya Ayla. Dengan mesin di bawah 1.300 cc, Ayla diklaim hanya mengonsumsi bahan bakar dengan rasio 1:30. Bila benar, ini tentu saja sangat irit.
Nah, untuk mobil yang irit bahan bakar, ramah lingkungan, dan banyak memakai komponen dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan low cost green car(LCGC), pemerintah berjanji akan memberikan insentifberupa pembebasan atau pengurangan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Kabarnya, beleid baru ini akan dikeluarkan bulan depan.
Yang jelas, nanti perbankan dan multifinance bakal kebanjiran kredit pembelian mobil. Maklum, hampir 75% pembelian mobil dilakukan lewat kredit. Nah, di saat itulah perbankan dan multifinace akan menghadapi ancaman kredit macet.
Oleh: Latihono, Iwan P, Vinsensius,
Sumber : ekonomi.inilah.com


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Pasang Emoticon !

Posting Komentar